“Sudah sayang. Gak apa-apa. Ada mama di sini.”
“Tapi, Ma. Zafira takut.”
“Tapi kan gak ada apa-apa. Mungkin cuma perasaan kamu aja.”
“Tapi bener. Tadi ada di pojok situ.”
Aku menujuk pojok kiri kamar dekat meja belajar dengan gemetar menyelimuti tanganku.
“Yaudah sayang. Tidur di kamar mama aja ya.”
Aku mengangguk sambil menyeka air mataku karena takut.
***
Aku sudah kembali ke malam berikutnya. Aku berusaha untuk tidak takut. Aku berusaha untuk melupakan apa yang aku lihat kemarin. Lampu kamar sengaja tidak aku matikan. Aku takut sosok itu muncul kembali.
Aku dengan sedikit memaksa untuk tidur. Bantal aku taruh di bawah kepala dengan erat. Aku tidak mau melihat sekeliling. Hanya berkisar sepuluh menit, aku kembali mengalaminya. Ada suara perempuan. Kadang menangis, kadang tertawa. Aku sudah menangis ketakutan di bawah bantal.
Aku tetap tidak berani melihat sekeliling. Sampai aku rasa suara itu sudah tidak ada. Aku memberanikan diri untuk melihat sekelilingnya. Betapa kagetnya aku ketika melihat sosok itu tepat berdiri di samping kanan tempat tidur. Aku berteriak kencang sekali.
Tidak lama Bapak dan Ibu masuk ke kamarku.
“Sayang. Kamu kenapa?”
“Sosok itu lagi, Ma. Yang kemarin. Zafira takut.”
Ibuku mengelus kepalaku untuk menenangkan sambil matanya melirik ke wajah Bapak.
“Pak, kita panggil orang pinter. Kasian Zafira kalau begini terus.”
“Ya sudah. Besok Bapak panggil orang pinter dekat sini.”
“Sekarang sayang tidur di kamar mama lagi ya.”
Aku mengangguk sambil tetap melihat samping tempat tidurku. Tapi sosok itu sudah tidak ada.
***
Malam berikutnya paranormal sudah ada di kamarku. Aku hanya bisa menunggu di luar dengan Mama. Bapak ikut ke dalam dengan paranormal. Mungkin Bapak ingin tahu bagaimana paranormal mengusir setan.
Cukup lama aku dan Mama menunggu. Hampir satu jam. Tidak lama, Bapak dan paranormal keluar dari kamarku.
“Tenang saja, Bu. Udah saya urusin semuanya.”
“Bener, pak? Saya gak mau anak saya jadi takut lagi pas tidur malam.”
“Bener, Bu. Sudah tidak apa-apa.”
“Makasih banyak, pak.”
Sang paranormal mengangguk dan mohon izin untuk pulang. Bapak mengantarnya sampai depan pintu rumah sambil memberikan amplop.
“Nah, sudah gak apa-apa, sayang. Kamu gak perlu takut lagi.”
“Tapi, bu…”
“Kamu jangan ada perasaan takut lagi. Nanti muncul lagi kayak kemarin-kemarin.”
“Iya, bu.”
“Yaudah. Selamat tidur, sayang. Jangan lupa baca doa ya.”
Aku mengunci pintu kamar. Kembali aku ingat kejadian dua hari yang lalu dan hari kemarin. Aku membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Dengan gelengan keras aku mencoba untuk tidak memikirkannya. Lampu kamar masih aku nyalakan. Aku justru makin tidak tenang sekalipun paranormal tadi mengatakan sudah tidak apa-apa.
Aku mencoba untuk tidur. Aku berbaring ke sebelah kanan. Aku berbaring ke sebelah kiri. Aku telungkup kemudian telentang, tetapi tetap tidak bisa tidur. Aku bisa stress lama kelamaan kalau begini terus. Cara terakhir bantal aku taruh di bawah kepala sambil telungkup.
Aku mendengar desahan nafas. Semula aku kira itu suara napasku. Aku coba menahan napas untuk memastikan. Ternyata terdengar lagi. Itu bukan desahan napasku. Pikiranku semakin tidak karuan. Aku tidak berani melihat sekeliling. Aku tetap menutup mukaku dengan bantal. Tidak lama ada suara tertawa perempuan. Dalam hati aku berpikir. Ya Tuhan, banyak sekali setan di kamarku. Aku gak kuat. Aku menangis ketakutan. Aku merasakan suara desahan napas dan tertawa perempuan sudah tidak terdengar. Mungkin rasa penasaran itu masih tetap ada dari setiap orang sekalipun itu rasa takut sudah ada. Aku memberanikan diri menoleh ke kiri dan kanan tempat tidur. Sosok itu tidak ada.
Aku merasa sedikit lega. Aku mencoba berbaring telentang. Belum lama aku merasakan perasaan lega. Tiba-tiba ada dua sosok berdiri di depanku. Yang aku lihat sosok tinggi hitam dan perempuan baju putih dengan rambut hitam panjang. Menatapku dengan mata yang memerah. Aku tidak kuat lagi. Detik berikutnya aku tidak sadarkan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar