Semua omong kosong. Aku hanya menangis sendiri di kamar. Aku tidak bisa memaafkan apa yang terjadi. Ternyata selama ini sayang yang ia kasih kepadaku hanya bualan semata. Sudah dua tahun kami menjalani hubungan. Sekalipun saya dan dirinya tidak ada hubungan yang khusus beberapa minggu ini. Saya ingat perkataan ia ketika kita mengakhiri hubungan.
“Aku butuh waktu lama untuk melupakan semuanya.”
“Aku juga butuh waktu lama.” Aku membalas perkataannya.
“Kita tetap saudara dan harus selalu terjalin silaturahmi.” Sambungku.
Dirinya menyetujui keputusan yang kita ambil ini. Itu sudah berminggu-minggu yang lalu. Kejadian barusan sudah tidak berarti lagi buatku. Omong kosong kata-kata ia semuanya. Hari ini aku mengirim pesan singkat ke dirinya. Butuh waktu lama untuk mendapatkan balasan pesan singkat-ku. Sekitar pertengahan hari pesanku dibalas. Bukan dirinya yang membalas. Bukan pula teman-teman ataupun orangtuanya. Bunyi sms yang aku baca, “Ini siapanya Sheila ya? Handphone-nya lagi disita”.
Aku punya firasat buruk. Tapi aku buang jauh-jauh pikiran itu. Aku dengan tenang membalas pesan singkatnya. “Ini temannya. Ini siapa ya? Kok hape-nya gak sama Sheila?” Tidak butuh waktu lama aku menunggu balasan, handphone-ku berbunyi kembali. “Ini cowonya Sheila.”
Seketika hatiku merasa turun ke laut yang dalam. Inikah janji yang ia berikan ke aku. Begitu mudah melupakan semuanya tentang-ku. Semua janji yang kita tanam semuanya musnah dengan kemunafikan-mu. Bunga Mawar yang selama ini kamu berikan, yang aku kira asli, ternyata palsu. Pemberian yang selama ini kamu lakukan, tidak ada artinya sama sekali buat aku. Kamu sudah aku anggap tidak ada. Kamu sudah aku anggap tidak pernah hadir di kehidupan yang lalu, hari ini dan seterusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar